Home | News & Opinion | Market Data  
News & Opinions | Opinions

Wednesday, May 04, 2011 14:31 WIB

Deflasi Kembali Terjadi April Lalu, BI Rate Diduga Tetap 6,75%

 
Seto Wardono, Senior Economist PT Indo Premier Securities
 
Penurunan harga bahan pangan sekali lagi memungkinkan indeks harga konsumen (IHK) Indonesia untuk turun. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi sebesar 0,31% MoM pada April 2011, hampir sama dengan deflasi yang terjadi pada bulan sebelumnya. Dengan demikian, inflasi YoY turun menjadi 6,16% dari 6,65% pada Maret lalu, sedangkan inflasi tahun kalender (year to date) mencapai 0,39%.
 
Dekomposisi IHK menurut kelompok barang menunjukkan penurunan harga pangan sebagai biang keladi deflasi pada bulan kemarin. IHK kelompok bahan makanan turun 1,9% MoM pada April lalu, melanjutkan penurunan 0,33% dan 1,94% yang terjadi pada Februari dan Maret 2011. Deflasi berkelanjutan di kelompok makanan mentah ini jelas mempengaruhi harga di segmen makanan olahan. BPS mencatat inflasi MoM di kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,2% MoM, terendah sejak Oktober 2006. Komoditas pangan yang mengalami penurunan harga antara lain beras, bawang merah, cabai merah, cabai rawit, daging ayam ras, telur ayam ras, dan minyak goreng. Tambahan pasokan akibat panen raya dan kebijakan impor (tarif impor beberapa produk pangan dipotong hingga 0%) tampak menjadi katalis utama bagi penurunan harga pangan yang masih terjadi pada bulan lalu.
 
Di kelompok nonpangan, harga mengalami peningkatan berkisar 0,07% hingga 0,75%. Inflasi tertinggi terjadi di grup sandang, terutama akibat kenaikan harga emas perhiasan yang mengekor pergerakan serupa di lingkup global. Selain emas perhiasan, komoditas/jasa yang tercatat mengalami kenaikan harga di segmen nonpangan antara lain batu bata, tarif sewa rumah, tarif kontrak rumah, upah pembantu rumah tangga, dan bensin (nonsubsidi).
 
Klasifikasi IHK menurun kelompok komponen di sisi lain menunjukkan inflasi inti yang masih relatif jinak, antara lain ditunjang oleh apresiasi nilai tukar dan pelemahan ekspektasi inflasi. BPS mencatat inflasi inti April lalu sebesar 0,25% MoM, sama dengan angka bulan sebelumnya atau yang terendah sejak setahun terakhir. Meski demikian, secara YoY, inflasi inti naik ke 4,62% dari 4,45% pada Maret lalu. Penurunan harga pangan terefleksi pada deflasi di kelompok makanan bergejolak (volatile food) sebesar 2,31% MoM (inflasi 12,14% YoY). Inflasi administer yang rendah (0,17% MoM atau 5,42% YoY) juga menunjukkan minimnya peran kebijakan pemerintah dalam mempengaruhi tingkat harga pada bulan lalu.  
 
Harga Grosir Juga Merendah, Tekanan Inflasi Impor Melemah
 
Deflasi ternyata tidak hanya terjadi pada harga yang dihadapi konsumen, tetapi juga pada harga grosir yang dihadapi pedagang. Laporan terpisah dari BPS menunjukkan penurunan indeks harga perdagangan besar (IHPB) nonmigas sebesar 0,07% MoM pada April lalu (inflasi 5,23% YoY). IHPB nonmigas pada Maret 2011 turun 0,06% MoM, namun secara umum (termasuk komoditas migas) naik 0,54% MoM (atau 7,94% YoY, tertinggi sejak 2009).
 
Sama seperti IHK, deflasi pada harga grosir terutama juga disebabkan oleh penurunan harga pangan. IHPB sektor pertanian tercatat turun 0,81% MoM pada bulan lalu, berlawanan dengan pergerakan IHPB sektor pertambangan dan manufaktur. Disokong oleh apresiasi nilai tukar rupiah, indeks harga barang impor nonmigas juga turun 0,26% MoM, melanjutkan penurunan 0,23% pada bulan Maret. Pengelompokan IHPB menurut maksud penggunaan barang menunjukkan deflasi pada barang impor untuk keperluan bahan baku dan modal, sedangkan harga produk impor untuk keperluan konsumsi mengalami peningkatan. 

INDIKATOR HARGA MARET DAN APRIL 2011

 

Maret 2011

April 2011

 

MoM

YoY

MoM

YoY

Indeks Harga Konsumen

-0.32

6.65

-0.31

6.16

Bahan Makanan

-1.94

13.60

-1.90

11.08

Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau

0.32

5.57

0.20

5.52

Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar

0.29

4.61

0.21

4.72

Sandang

0.38

7.71

0.75

8.36

Kesehatan

0.38

3.17

0.38

3.39

Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga

0.17

3.84

0.08

3.91

Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

0.08

2.90

0.07

2.93

Inti

0.25

4.45

0.25

4.62

Administer

0.21

5.48

0.17

5.42

Makanan Bergejolak

-2.28

15.17

-2.31

12.14

 

 

 

 

 

Indeks Harga Perdagangan Besar

0.54

7.94

 

 

Pertanian

-0.80

9.19

-0.81

8.23

Pertambangan dan Penggalian

0.30

3.85

0.30

3.93

Industri

0.28

4.94

0.11

4.95

Impor

1.75

11.48

 

 

   Bahan Baku

2.00

12.29

 

 

   Barang Konsumsi

2.01

12.85

 

 

   Barang Modal

-0.32

6.33

 

 

Ekspor

1.39

11.55

 

 

 

 

 

 

 

Indeks Harga Perdagangan Besar Nonmigas

-0.06

5.46

-0.07

5.23

Impor Nonmigas

-0.23

3.49

-0.26

3.18

Ekspor Nonmigas

-0.10

4.57

0.44

4.50

Sumber: BPS

 

 

 

 

 
Implikasi Kebijakan: BI Rate Tetap 6,75%
 
Setelah memperhitungkan data terbaru, kami meyakini bahwa inflasi dapat mencapai di bawah 5% YoY pada akhir 2011 jika pemerintah tidak menerapkan kebijakan pengendalian subsidi BBM. Meski demikian, inflasi bisa menyentuh 6%, dengan asumsi kenaikan harga Premium khusus untuk mobil pribadi dan taksi menjadi Rp 6.500 per liter (salah satu opsi kebijakan BBM yang, menurut kami, paling mudah dijalankan).
 
Data terkini IHK dan IHPB, ditambah deflasi 0,59% bulan lalu di pedesaan, mengkonfirmasi bahwa tekanan inflasi dalam jangka pendek memang sedang lemah. Kami masih menunggu rilis data ekspektasi inflasi terbaru dari Bank Indonesia, namun deflasi di sektor pangan, penurunan laju inflasi aktual, serta penguatan rupiah mengindikasikan pelemahan indikator ini pada April lalu. Melihat berbagai perkembangan ini, BI rate tampak masih akan dipertahankan di posisi 6,75% pada Rapat Dewan Gubernur BI 12 Mei mendatang.

RELATED NEWS

OTHER NEWS

copyright 2011 IPOTNEWS.com [Full Site]